Petani Kopi Luwak

Petani Kopi Luwak

BANGLI--MI: Para petani kopi luwak di Kabupaten Bangli, Bali, mengaku kewalahan dan tidak mampu memenuhi permintaan dari luar negeri yang terus meningkat. "Kami hanya kalah dalam bidang produksi saja sehingga tidak bisa memenuhi permintaan dari luar negeri seperti negara Korea dan Jepang," ujar petani kopi asal Desa Landih, Bangli, I Wayan Jamin, Minggu (19/9).

Ia menjelaskan setiap tahun permintaan kopi luwak terus meningkat. "Para petani di Bangli hanya mampu memproduksi ...tiga ton kopi luwak tiap tahun," jelasnya. Kecilnya angka produski itu, jelas Jamin, karena alat produksi yang dimiliki petani masih manual. "Selain itu, binatang luwak atau musang juga tidak begitu banyak di Kabupaten Bangli," ujar petani sekaligus Kepala Desa Landih, Kecamatan/Kabupaten Bangli itu.

Nasib Petani Kopi Luwak

Ia mengaku harga kopi luwak memang lebih mahal ketimbang harga kopi biasanya. "Per kilo kopi luwak bisa menembus harga Rp1,5 juta," jelasnya. Ia mengatakan untuk kopi bubuk atau kopi beras harganya Rp1 juta per kilogramnya. "Sedangkan untuk kopi yang masih berupa kotoran luwak dijual dengan harga Rp500 ribu per kilogram," ujarnya. Ia menjelaskan selama inisekitar 25 petani yang turut mengembangkan kopi luwak di Desa Landih. "Mereka bisa menjual kopi luwak dalam bentuk kotoran sekitar 10 kilogramnya setiap tahunnya," ucapnya. Ia mengakui, permintaan kopi luwak buatan masyarakat Landih diminati konsumen di luar negeri. "Cuman petani harus merelakan kopi asal Kabupaten Bangli itu harus berganti merk Surabaya, Jatim, bukan Kabupaten Bangli, Bali," katanya. Pergantian merk itu dilakukan, kata Jamin, karena tidak adanya eksportir Bali yang membuat merk sekaligus memasarkan kopi luwak ke luar negeri.

Nasib Petani Kopi Luwak

Jika tidak berganti merk luar Bali, menurut dia maka produk kopi luwak Bangli ini tidak akan laku dipasaran." Banyak media yang sudah sering meliput kopi luwak di Surabaya," jelasnya. Tapi sayang, ucap dia para eksportir tidak menyebutkan kalau kopi di datangkan dari Kabupaten Bangli, Selain Kopi luwak, kata Jamin, pihaknya juga menghasilkan Kopi Arabika Organik B 36, yang juga diminati konsumen luar negeri. "Pemasarannya juga masih melalui sejumlah perusahaan di Surabaya, hingga kini pemasaran kopi mencapai 397 ton per tahun," jelasnya. Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bangli Dewa Gede Suparta mengatakan promosi kopi luwak Kabupaten Bangli sudah dilakukan. Promosi itu dilakukan, kata Suparta melalui kegiatan pameran di luar daerah maupun promosi antar instansi pemerintahan. " Bahkan, kami sudah mengajak petani kopi luwak Bangli ikut kegiatan pameran di luar Negeri," jelasnya.

Bukan hanya itu, jelas Suparta, pihaknya juga sudah mencari eksportir kopi jenis luwak, tapi karena produksinya masih sedikit, mereka tidak sanggup mengambilnya. "Untuk itu pemasaran saat ini dilakukan melalui ekspotir di Surabaya," ujarnya. (Ant/OL-3)
Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+
Tags :

Related : Petani Kopi Luwak

Peta dan Lokasi KLB