 |
| Kopi Luwak Bandung |
Kopi Luwak Soreang Bandung
Sumber : Pikiran Rakyat
SOREANG, (PRLM).- Kopi luwak yang merupakan salah satu kopi proses alami, saat ini menjadi komoditas unggulan Kab. Bandung, baik di pasar dalam maupun luar negeri. Bahkan, permintaan kopi luwak, terus dicari produsen kopi. Kopi luwak merupakan seduhan kopi menggunakan biji kopi yang diambil dari sisa kotoran luwak atau musang kelapa. Biji kopi ini diyakini memiliki citra rasa yang berbeda setelah dimakan dan melewati pencernaan luwak.
Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan (Distanbunhut) Kab. Bandung, A. Tisna Umaran mengatakan, untuk luas lahan perkebunan kopi di Kab. Bandung saat ini mencapai 8.000 hektare. Hasil produksinya berupa 800 ribu ton kopi gelondongan. Namun, hasil kopi luwak dari jumlah produksi tersebut, tergolong sedikit. Dari hasil tersebut, kata Tisna, produksi kopi luwak sangat terbatas yaitu 1 kilogram per hari. Selain tergantung proses alami, produksi kopi luwak tidak bisa dipaksakan melalui proses kimiawi karena berpengaruh pada kualitas citra rasa produk kopi tersebut. "Perputaran uang dari hasil penjualan kopi di Kab. Bandung mencapai Rp 1 triliun. Kopi yang dihasilkan di Kab. Bandung tergolong kopi speciality product,” ujar Tisna.
Dia menambahkan, secara geografis, kopi yang ditanam di Kab. Bandung cukup bagus karena berada pada ketinggian 1.000 hingga 1.500 di atas permukaan laut, sehingga memungkinkan kualitas yang berbeda dengan kualitas kopi di daerah lain. Diakui dia, ketinggian daerah akan memengaruhi terhadap rasa dan kualitas, baik kopi arabika biasa maupun kopi luwak.
Saat ini, kata Tisna, ada 75 ekor luwak yang ditangkarkan petani kopi untuk menghasilkan produk kopi luwak. Dalam satu harinya, produksi kopi luwak dari penangkaran luwak tersebut hanya mencapai 1 ons. "Sebenarnya ada juga hasil kopi luwak dari luwak liar. Tapi kami kesulitan mendatanya," ungkapnya. Dikatakan Tisna, permintaan pasar terhadap kopi luwak yang sangat tinggi,merupakan suatu tantangan Pemkab Kab. Bandung untuk terus mengembangkan potensi yang dimiliki tersebut, terlebih harga kopi luwak mencapai Rp 750 ribu hingga Rp 1 juta per kilogram. Tantangan ke depannya adalah pengawalan hingga pemasaran dari komoditas tersebut. Mengenai jumlah produksi keseluruhan kopi luwak di Kab. Bandung, hingga saat ini Distanbunhut Kab. Bandung masih melakukan pendataan untuk mencari data yang terperinci.
Sebagai perlindungan kepada para petani kopi, Pemkab Bandung saat ini memberikan berbagai macam pelatihan kepada para petani tersebut mengenai pengelolaan tanaman. Selain itu, diberikan pula pelatihan mengenai tata cara memperoleh kualitas tanaman yang tergolong memuaskan. Salah satu pelatihan yang diberikan Distanbunhut Kab. Bandung yakni dengan menggelar Good Agriculture Practice (GAP) dengan melibatkan para pengurus kelompok tani. Nantinya, hasil dari pelatihan tersebut disosialisasikan kepada anggota kelompok tani tersebut untuk diaplikasikan. Dengan demikian, diharapkan sirkulasi hasil dari pelatihan akan terus berkelanjutan dilakukan oleh para petani.
Melihat prestasi yang diraih tersebut, beberapa petani kopi asal Kab. Bandung diundang untuk menghadiri pertemuan Internasional dengan para pengusaha kopi dunia di Italia beberapa waktu mendatang. “Itu prestasi yang tidak disangka-sangka sebelumnya. Sekarang, tantangannya yaitu bagaimana cara menjaga kualitas kopi luwak khas dari Kab. Bandung,” ucapnya.
Seorang petani kopi luwak, Sudiharto (54) saat ditemui di gudang kopi miliknya mengatakan, saat ini dia memfokuskan untuk menampung gabahan kopi luwak. Alasannya, harga berasan kopi luwak setelah dioalah, cukup menjanjikan jika dibandingkan dengan hasil penjualan dari berasan kopi biasa. Dia mengaku, hasil penjualan kopi luwak bisa mencapai tiga kali lipat. (CA-02/A-147)***
Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan (Distanbunhut) Kab. Bandung, A. Tisna Umaran mengatakan, untuk luas lahan perkebunan kopi di Kab. Bandung saat ini mencapai 8.000 hektare. Hasil produksinya berupa 800 ribu ton kopi gelondongan. Namun, hasil kopi luwak dari jumlah produksi tersebut, tergolong sedikit. Dari hasil tersebut, kata Tisna, produksi kopi luwak sangat terbatas yaitu 1 kilogram per hari. Selain tergantung proses alami, produksi kopi luwak tidak bisa dipaksakan melalui proses kimiawi karena berpengaruh pada kualitas citra rasa produk kopi tersebut. "Perputaran uang dari hasil penjualan kopi di Kab. Bandung mencapai Rp 1 triliun. Kopi yang dihasilkan di Kab. Bandung tergolong kopi speciality product,” ujar Tisna.
Dia menambahkan, secara geografis, kopi yang ditanam di Kab. Bandung cukup bagus karena berada pada ketinggian 1.000 hingga 1.500 di atas permukaan laut, sehingga memungkinkan kualitas yang berbeda dengan kualitas kopi di daerah lain. Diakui dia, ketinggian daerah akan memengaruhi terhadap rasa dan kualitas, baik kopi arabika biasa maupun kopi luwak.
Info Kopi Luwak Soreang Bandung
Saat ini, kata Tisna, ada 75 ekor luwak yang ditangkarkan petani kopi untuk menghasilkan produk kopi luwak. Dalam satu harinya, produksi kopi luwak dari penangkaran luwak tersebut hanya mencapai 1 ons. "Sebenarnya ada juga hasil kopi luwak dari luwak liar. Tapi kami kesulitan mendatanya," ungkapnya. Dikatakan Tisna, permintaan pasar terhadap kopi luwak yang sangat tinggi,merupakan suatu tantangan Pemkab Kab. Bandung untuk terus mengembangkan potensi yang dimiliki tersebut, terlebih harga kopi luwak mencapai Rp 750 ribu hingga Rp 1 juta per kilogram. Tantangan ke depannya adalah pengawalan hingga pemasaran dari komoditas tersebut. Mengenai jumlah produksi keseluruhan kopi luwak di Kab. Bandung, hingga saat ini Distanbunhut Kab. Bandung masih melakukan pendataan untuk mencari data yang terperinci.
Sebagai perlindungan kepada para petani kopi, Pemkab Bandung saat ini memberikan berbagai macam pelatihan kepada para petani tersebut mengenai pengelolaan tanaman. Selain itu, diberikan pula pelatihan mengenai tata cara memperoleh kualitas tanaman yang tergolong memuaskan. Salah satu pelatihan yang diberikan Distanbunhut Kab. Bandung yakni dengan menggelar Good Agriculture Practice (GAP) dengan melibatkan para pengurus kelompok tani. Nantinya, hasil dari pelatihan tersebut disosialisasikan kepada anggota kelompok tani tersebut untuk diaplikasikan. Dengan demikian, diharapkan sirkulasi hasil dari pelatihan akan terus berkelanjutan dilakukan oleh para petani.
Prestasi Kopi Luwak Soreang Bandung
Melihat prestasi yang diraih tersebut, beberapa petani kopi asal Kab. Bandung diundang untuk menghadiri pertemuan Internasional dengan para pengusaha kopi dunia di Italia beberapa waktu mendatang. “Itu prestasi yang tidak disangka-sangka sebelumnya. Sekarang, tantangannya yaitu bagaimana cara menjaga kualitas kopi luwak khas dari Kab. Bandung,” ucapnya.
Seorang petani kopi luwak, Sudiharto (54) saat ditemui di gudang kopi miliknya mengatakan, saat ini dia memfokuskan untuk menampung gabahan kopi luwak. Alasannya, harga berasan kopi luwak setelah dioalah, cukup menjanjikan jika dibandingkan dengan hasil penjualan dari berasan kopi biasa. Dia mengaku, hasil penjualan kopi luwak bisa mencapai tiga kali lipat. (CA-02/A-147)***
.jpg)
.jpg)
